MUNTOK – Kepengurusan Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Kabupaten Bangka Barat digoyang oleh 12 pengurus cabang (Pengcab). Kepengurusan Koni 2017-2021 yang dijabat Andri baru berumur 3 bulan dinilai tidak transparan.
Karena ada beberapa faktor yang tidak berkenan oleh kepengurusan Andri, maka 12 Pengcab melakukan Musyawarah Olahraga Kabupaten Luar biasa (Musorkablub) Minggu (25/2) di hotel Pasadena Muntok. Musorkablub dihadiri 12 Pengcab dari 21 yang ada, selebihnya tidak hadir karena sudah habis masa kepengurusannya.
12 Pengcab yakni Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI), Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi), Federasi Karate-do Seluruh Indonesia (Forki), Persatuan Catur Seluru Indonesia (Percasi), Ikatan Pencak Silat Indonesia (Ipsi), Persatuan Tennis Seluruh Indonesia (Pelti), Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI), Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (Psti), Taekwondo Indonesia (TI), Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (Pobsi), Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesian (PTMSI). Sedangkan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (Pasi) ikut hadir tapi abstain.
3 kandidat ikut bertarung pada Musorkablub yakni Arman Sahril, Saferi Kartolo dan Bambang Setiabudi. Dari 12 suara, Arman memperoleh 7 suara, Saferi 2 suara sedangkan Bambang 3 suara. Dengan demikian Arman terpilih menjadi Ketua Koni guna melanjutkan sisa masa bakti 2017-2021.
|
Usai Musorkablub Arman mengatakan, dirinya akan memasukan perwakilan Pengcab sebagai pengurus Koni. Hal itu agar lebih terasa kekeluargaan di dalam tubuh Koni. Untuk masalah anggaran dia berupaya akan transparan dan akan mengakomodir setiap kebutuhan Pengcab. Terjadinya Musorkablub salah satunya disebabkan tidak transparannya kepengurusan yang lama.”Apa yang tidak berkenan oleh pengurus yang lama akan saya rubah,”ujarnya.
Mengenai apakah kepengurusannya akan diakui atau tidak oleh Koni Provinsi, Arman tidak mau membicarakan hal itu karena merupakan kewenangan Koni Provinsi. Namun kalau kepengurusannya tidak dilantik Koni Provinsi, maka pihaknya akan melaporkan ke pengurus besar Koni.”Kita Musorkablub sudah sesuai mekanisme, kalau Koni Provinsi tidak mengakui ya kita ke PB Koni,”tandasnya.
Sementara itu sebelumnya Ketua Koni Babar Andri tidak mempermasalahkan Pengcab melakukan Musorkablub karena ditubuh Koni tidak mengenal Musorkablub. Dia tidak mau bicara panjang lebar mengenai Musorkablub namun lebih membicarakan langkah menghadapi Porprov 2018.”Biarlah mereka mau Musorkablub, karena di Koni itu tidak ada Musorkablub,”ujarnya beberapa waktu lalu.
Apakah dendam kepada Pengcab yang melengserkannya?. Dia tidak pernah terpikir untuk hal itu, karena dalam waktu tidak lama lagi akan ada even Porprov di Bangka Tengah yang mana harus mempersiapkan para atlet. Dirinya mengajak pengurus Pengcab agar duduk bersama demi kemajuan olahraga Babar.”Kita lebih baik mikir para atlet yang akan bertanding di Porprov,”tandasnya.
Andri mengatakan, dirinya baru dilantik Oktober 2017, namun setelah 2 bulan menjabat teman-teman Pengcab langsung mengevaluasi kinerjanya sangat buruk sehingga harus dilakukan Musorkablub. Dirinya merasa sangat naif kalau Pengcab menilai kinerjanya buruk dalam waktu 2 bulan. Menjabat diakhir tahun itu sangat riskan menerima kucuran dana dari Pemkab, maka dirinya tidak mau terjerat hukum gara-gara duit.
Masih dikatakan Andri, dirinya menjadi ketua Koni bukan ingin hidup dari Koni tapi ingin menghidupkan Koni ingin memajukan olahraga Babar. Dirinya selaku pengusaha tidak sedikitpun tergiur dengan angaran Koni. Dalam mengelola anggaran Koni dan terhindar dari jeratan hukum, dirinya bekerjasama dengan Kejari, Inspektorat serta pengeluarannya di Bagian Kesra Pemkab.”Ini uang negara, kalau terjadi penyimpangan silakan laporkan ke penegak hukum biar jelas,”ungkap pria kelahiran Parittiga ini.
