BANGKA BARAT – Penambangan timah menggunakan TI Apung di wilayah perairan Tembelok – Keranggan, Kecamatan Mentok gairahkan perekonomian warga Mentok. Selain penambang, nelayan sekitar dan pelaku UMKM pun membantu ekonomi mereka. Setelah dibuka kembali baru-baru ini menjadi sorotan pemberitaan media.
Pantauan di lapangan, Jumat (27/9) petang, nampak sekitar puluhan ponton TI Apung sedang beraktivitas menambang timah di perairan itu. Perahu dan speed lidah bolak-balik antar jemput penambang dan panitia ke dari ponton ke pantai dan sebaliknya.
Belasan pondok pedagang aneka makanan dan minuman juga berjejer di tepian pantai, banyak juga yang berjualan makanan pakai motor. Ratusan unit sepeda motor dan puluhan mobil juga memadati area parkir yang telah ditentukan oleh panitia.
80% Warga Tembelok – Keranggan Hidup Dari Hasil Laut
Ketua DPC HNSI Kabupaten Bangka Barat, Fadli, mengungkapkan sekitar 80% warga Tembelok – Keranggan hidup dari hasil laut sebagai nelayan. Hanya saja, saat ini hasil melaut sangat jauh berkurang. Kadang antara hasil dengan biaya yang dikeluarkan tidak sebanding.
“Dengan dibukanya TI Apung ini nelayan dan warga sini sangat terbantu. Semuanya kompak, di sinilah nelayan dan masyarakat menyatu,” ungkap pria yang akrab disapa Ali itu.
Dikatakannya, meskipun TI Apung itu bekerja secara ilegal, namun wilayah yang ditambang bukan kawasan terlarang, bukan IUP perusahaan manapun dan juga bukan objek vital nasional.
“Penambangan timah di perairan Tembelok – Keranggan itu kan hanya persoalan regulasi saja, tidak ada pihak manapun yang dirugikan,” ungkap dia.
Situasi Kamtibmas Kondusif
Ali menyayangkan adanya pihak yang mempersoalkan penambangan timah di wilayah perairan Tembelok-Keranggan.
Menurutnya, kondisi penambangan timah di perairan Tembelok – Keranggan sangat kondusif, tidak ada gejolak atau pun gerakan penolakan dari nelayan atau masyarakat sekitar. Penambangan timah di wilayah itu juga telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Situasi di Tembelok – Keranggan ini kondusif, kami tidak mau seperti tikus yang mati di lumbung padi. Daerah kita punya kekayaan alam, mengapa kami tidak boleh menikmatinya ? Lagian tambang timah secara ilegal itu bukan hanya di Bangka Barat, kenapa hanya Keranggan saja yang disorot ? Banyak juga tambang ilegal di tempat lain,” katanya.
Bukan Pembiaran
Ali mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah dan Forkopimda Babar yang telah berusaha membantu mengurus legalitas untuk masyarakat bisa menambang timah di wilayah perairan Tembelok – Keranggan.
“Walaupun belum berhasil, tapi kami apresiasi dan ucapkan terimakasih atas upaya dari Pemda dan Forkopimda,” ucapnya.
Ali menduga, diamnya Polres Bangka Barat dan aparat terkait mungkin karena melihat masyarakat Mentok tidak ada yang keberatan atau komplain dengan adanya penambangan timah di perairan Tembelok – Keranggan.
“Yang ribut justru orang dari luar Bangka Barat, saya merasa aneh juga dengan kondisi ini. Sementara di kabupaten lain sebenarnya juga banyak aktivitas penambangan timah yang ilegal seperti di Tembelok,” kata dia.
Lebih lanjut Ali menuturkan, saat ini kondisi perekonomian sedang terpuruk. Dengan dibukanya penambangan timah di perairan Tembelok – Keranggan, setidaknya berdampak positif untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat Mentok dan sekitarnya.
“UMKM dan nelayan juga senang karena ekonominya sangat terbantu. Pasar yang selama ini sepi, sekarang ini kembali ramai. Bahkan ada penambang yang belanja barang yang agak bagus atau bermerek berangkat ke Pangkalpinang, karena di Mentok nggak ada yang jual. Artinya, ekonomi menjadi lebih baik,” tuturnya.
Ali juga mengucapkan banyak terima kasih kepada penegak hukum yang tidak melakukan penindakan dan penertiban terhadap para penambang timah di perairan Tembelok – Keranggan.
“Aparat bukannya tidak berani menindak penambang yang kerja ilegal ini. Tapi kami yakin mereka berfikir secara bijak, penambangan timah di Tembelok – Keranggan ini telah memberikan dampak positif bagi perekonomian,” ujarnya.