Lada Anjlok, Petani Putuskan Berhenti Berkebun

by -350 Views

Simpang Teritip. Anjloknya harga lada, membuat petani di kecamatan Simpang Teritip memutuslan berhenti menanam tanaman yang merupakan komoditi andalan Bangka Belitung itu. Alasan petani harga lada saat ini tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan, Petani merugi ratusan juta rupiah setiap tahun.


Marman (40) warga Desa Pangek Kecamatan Simpang Teritip, memutuskan berhenti menanam lada lantaran merugi akibat harga lada yang tidak kunjung membaik.

“Sudah malas bekebun, untung jadi buntung, upah mutik sahang (lada) sekarang kan Rp 70 ribu per kilo sedangkan harga sahang Cuma Rp 46 ribu per  kilo. Jadi satu kilo sahang itu tidak cukup membayar upah satu hari pekerja rakyat, dulu saya pernah mempekerjakan hingga dua puluh pekerja,” ungkap Marman, Senin (23/09/2019).

Marman mengaku hingga kini lada hasil panen terakhir masih disimpannya dan akan dijual jika harga sudah naik.

Baca Juga :  Komisi II DPRD Babar Stop Tambak Udang Tanpa Izin

“Kebun tidak lagi, saya sekarang beralih jadi pedagang. Lima tahunan saya jadi petani sahang, waktu mahal kemarin tahun sebelum Erzaldi lah, pernah dapat untung sekitar tiga ratusan juta,” tutur Marman.

Marman mengatakan sebelum kepemimpinan Gubernur Bangka Belitung Erzaldi yang disebut presiden lada yang dipilihnya, harga Lada masih Rp 185.000 per kilo dan pernah menghasilkan hingga tiga ton lebih.

“Waduh nangis sekarang, memang sekarang kan bantuan untuk bibit luar biasa cuman harga yang jadi masalah,” keluh Marman

Marman mengaku kecewa dengan pemerintah yang dulunya berjanji akan lebih mensejahterakan para petani lada.

Hal yang sama juga diungakapkan Aziz (37) petani lada asal Desa Pelangas Kecamatan Simpang  Teritip. Harga lada yang anjlok mencekik para petani.

“Untuk petani anjlok benar, ini jatuh benar. Betul-betul mencekik petani lada. Aktivitas sekarang beralih ngaret (menyadap getah karet), ngaretlah biarpun dapat lima kilo sehari bisalah untuk membeli dua kilo beras,” tutur Azis.

Baca Juga :  Polres Bangka Barat budi daya sayuran Sawi dengan sistem hidroponik

Azis mengaku sudah turun temurun menjadi petani lada, puluhan tahun lalu dan memiliki kebun lada. Namun sekarang terpaksa berhenti berkebun.

“Tidak bertani lagilah. Dulu itu lumayan bisa seratus lebih juta setahun itu sebelum gubernur baru. Ya milih gubernur baru, sebenarnya kita kemarin itukan berharap janjinya itu, kecewa sih pasti malahan kecewa berat,” tutur Azis.

Azis masih mengharapkan kepada pemerintah dan gubernur, itu bisa menaikkan kembali harga lada agar bisa kembali bertani lada

“Harapan kepada pemerintah, agar bisa dapat memperhatikan petani, memberikan kebijakan pro petani, agar kami kembali berkebun lada. harus bisa menaikkan harga lada, bila lada dan harga komoditi lainnya dapat menaikkan perekonomian Bangka Belitung, “harap Azis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *